Kamis, 10 Januari 2013

Seni Sebagai Perekat Keutuhan Bangsa yang Berbhineka





·        Seni Sebagai Identitas dan Perekat Bangsa

Identitas adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang, kelompok, lembaga atau bangsa lainnya, dengan adanya ciri-ciri yang berbeda itu maka akan muncul kekhasan serta keunikan tersendiri sehingga akan mampu memberikan kebanggaan bagi pemiliknya. Salah satu peluang untuk menyatakan identitas-diri ini adalah melalui kegiatan seni. Kegiatan seni dianggap potensial oleh karena mampu mengekpresikan identitas-diri kelompok secara alamiah. Melalui seni, simbol budaya, mitos, keyakinan, dan harapan dari suatu kelompok dapat dinyatakan secara efektif dan otentik. Seni sebagai pemberi identitas maksudnya adalah melalui kekayaan seni budaya Indonesia kita mampu menunjukkan jati diri bangsa Indonesia di tengah budaya global.
Indonesia memiliki berbagai suku dengan sejarah dan latar belakang budaya yang sangat beragam. Hal tersebut tercermin pula dari keragaman bentuk dan sifat kesenian yang muncul serta dapat kita warisi hingga saat ini. Sebagai ekspresi dari masyarakat pendukungnya, kesenian mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tidak ternilai harganya. Kekayaan seni budaya Nusantara telah mampu memberikan kita sebuah kebanggaan sebagai suatu bangsa yang berbudaya tinggi.
Namun beberapa dekade terakhir ini berbagai krisis yang menimpa bangsa Indonesia sungguh sangat memprihatinkan kita. Berita-berita tentang semakin merosotnya nilai kebangsaan, persatuan dan kebersamaan hampir setiap hari disuguhkan oleh media cetak maupun elektronik. Masalah itu masih ditambah lagi dengan semakin merosotnya nilai etika dan moral, arogansi, pengalahgunaan obat-obat terlarang, tawuran, terorisme, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kenyataan ini membuat kita bertanya-tanya sudah sedemikian rapuhkah rasa persatuan dan kesatuan serta mentalitas anak bangsa kita? Sekiranya memang benar demikian adanya. Bagaimanakah caranya merekat?
Dalam situasi seperti ini, seni dapat dipergunakan sebagai salah satu perekat. Untuk itu potensi seni budaya kita perlu dioptimalkan, terus dipertahankan dan dikembangkan secara kreatif, sehingga dapat menumbuhkan rasa solidaritas baik sesama bangsa Indonesia maupun dengan bangsa lainnya didunia. Melalui Sekaa, Sanggar, Banjar, Sekolah, dan aktivitas seni budaya seperti Pesta Kesenian, Pesta Seni Remaja, Festival Seni, Gelar Seni, dapat dipergunakan untuk menanamkan nilai budaya bangsa. Dengan penanaman nilai tersebut lewat seni, maka akan dapat memberikan landasan serta dapat dipergunakan untuk beraktivitas secara positif.
Sebagai salah satu contoh (dalam paper Rai, 2005) dikemukakan sebuah even daerah yang kini sudah menjadi even Nasional dan Internasional yaitu Pesta Kesenian Bali (PKB). Pesta Kesenian yang merupakan salah satu kebanggaan masyarakat Bali mulai dilaksanakan pada tahun 1978 atas gagasan Prof. Dr. Ida Bagus Mantra (alm), Gubernur Bali pada waktu itu. Ada lima jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam PKB yaitu: pawai pembukaan, pagelaran, pameran, lomba, dan sarasehan, PKB dilaksanakan sekitar satu bulan penuh mulai pertengahan Juni hingga pertengahan Juli. Tahun ini pelaksanaan Pesta Kesenian Bali sudah memasuki tahun yang ke-31. Salah satu aspek yang perlu dikemukakan di sini adalah bagaimana antusiasme masyarakat Bali khususnya (tua, muda, anak-anak) dalam mempersiapkan diri guna bisa berpartisipasi dalam PKB yang dipusatkan di Taman Budaya Denpasar (dan disebar ke beberapa daerah Kabupaten/Kota). Persiapan berupa latihan-latihan kesenian baik kesenian tradisi maupun modern dilakukan berbulan-bulan lamanya. Setelah waktunya tiba, maka kegiatannya akan dimulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, dan terakhir yang terpilih sebagai unggulan kabupaten/kota akan tampil di Denpasar. Apabila diamati yang terpenting di sini bukanlah semata-mata produk akhirnya, melainkan proses yang telah dilalui mulai dari perencanaan, latihan, hingga terwujudnya suatu bentuk kesenian yang diinginkan. Dalam proses seperti ini telah terjadi, tidak saja kemampuan berupa keterampilan teknis, melainkan juga adanya penanaman nilai-nilai budaya, pencarian identitas, sekaligus merekatkan seniman, masyarakat, pemerintah, dan unsur-unsur terkait lainnya, di mana hasilnya akan dapat dijadikan sebuah kebanggaan. Sesuai dengan kenyataan yang ada, telah terbukti pula bahwa melalui kegiatan kesenian seperti ini telah memberikan dampak yang positif. Misalnya saja anak-anak muda di beberapa desa atau tempat di Bali yang sebelumnya sering membuat ulah hingga cukup memusingkan keluarga maupun masyarakat, akhirnya dengan bangga mampu menampilkan kebolehannya di atas pentas guna mempertaruhkan nama desa serta kabupatennya di arena PKB. Mereka telah memiliki predikat baru yaitu dari anak jalanan ke anak panggung.
Yang patut dicatat pula bahwa dari kenyataan yang ada, grup atau sekaa yang tampil di PKB itu bukanlah seniman Bali saja, melainkan juga seniman dari beberapa daerah di Indonesia maupun seniman mancanegara. Para seniman kita yang sudah pernah tampil di PKB di antaranya berasal dan Sumatera Barat, Aceh, Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Maluku, Sulawesi, Papua, Kalimantan, dan seniman dan daerah lainnya di Indonesia. Para seniman mancanegara yang sudah pernah tampil di PKB, seperti Grup dan Jepang, Ameriika Serikat, Eropa, Australia, India, Korea, Singapura, dan lain-lainnya, selain telah dapat memperkenalkan keunikan kesenian negaranya masing-masing, juga telah mampu mempertunjukkan kebolehannya membawakan kesenian Indonesia baik yang tradisional maupun modern. Grup kesenian, seperti Gamelan Sekar Jaya dari Amerika Serikat, Sekar Jepun dan Yamashiro Gumi dari Jepang merupakan beberapa contoh yang dimaksud. Lewat ajang seperti ini tentu akan terjadi interaksi yang positif antara sesarma seniman Indonesia maupun antara seniman Indonesia dengan rekan kita dan luar negeri.
1.      Salah satu contoh lagi yang perlu dikemukakan di sini adalah apa yang pernah dialami Bapak Prof. Dr Wayan Rai S, MA (sekarang Rektor ISI Denpasar), ketika mengikuti Cherry Blossom Festival di Washington DC, Amerika Serikat pada tahun 1996 pada waktu itu Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia Washington DC, terpilih sebagai salah satu peserta. Setelah melalui penilaian yang sangat ketat, panitia menyatakan berhak mengikuti Festival Internasional yang sangat bergengsi itu, maka persiapan pun dilakukan oleh pihak KBRI yang koordinator serta pelatihnya pada waktu itu adalah Bapak I Gusti Agung Ngurah Supartha, SST, dari KBRI Washington DC. Setelah perencanaan dibuat secara matang dan disetujui oleh panitia festival, maka dikumpulkanlah semua masyarakat Indonesia yang ada disekitar Washington DC baik itu siswa, mahasiswa, pegawai maupun yang lainnya. Pada saat pertemuan pertama diadakan di salah satu ruang latihan di komplek KBRI berbagai komentar saya dengar: tugasku opo? Wong aku tak pernah nari kok. Yang lain menimpali: aduh & don’t worry & pakai aja pakaian tari itu (sambil menunjuk ke pakaian tari yang tergantung disebelahnya) nggak ada orang tahu kok. Ada juga yang berkata: aku sudah latihan tari Jawa sejak kemarin, akhirnya pernah juga aku belajar tarian Indonesia di Amerika, & malu diikalahkan sama bule. Singkat cerita, melalui kegiatan seperti ini kita bisa saling kenal dan dapat bertukar pikiran serta pengalaman dengan sesama orang Indonesia di Washington DC. Pada waktu hari H, terlihat rekan-rekan kita dengan sangat bangga menunjukkan Bhinneka Tunggal Ika melalui busana dan berbagai bentuk kesenian dari Sabang sampai Merauke. Para penonton pun tampak kagum akan kekayaan seni budaya kita. Ketika salah seorang dan penonton bertanya where are you from? tanpa dikomando rekan-rekan kita menjawab INDONESIA.......

·        Apresiasi Pertahankan Seni Budaya Sebagai Identitas Bangsa

Seni dan Budaya yang ada di Indonesia khususnya di Kabupaten Sinjai merupakan ciri dan identitas bangsa Indonesia, keberagaman kesenian yang ada menjadi aset yang perlu kita lestarikan dan dikembangkan. Bangsa Indonesia dari sabang sampai marauke dikenal telah memiliki berbagai suku, etnis dan adat istiadat, tiap suku dan etnis memiliki budaya sebagai identitas adat masing-masing daerah, namun tetap hidup dan berkembang dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan semboyan Bhenneka Tunggal Ika. Kesemua seni budaya yang ada adalah milik bangsa Indonesia sekaligus merupakan kekayaan yang sangat berharga.
Demikian di sampaikan Kepala Dinas Komunikasi Informatika, Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Sinjai H. Ahmad Suhaemi saat membuka secara resmi pagelaran seni lomba kreativitas seni putih abu-abu 2012, Jumat (11/5) bertempat di Benteng Balangnipa Sinjai.
Dikatakan, dewasa ini, fenomena yang tengah melanda generasi muda bangsa adalah tantangan untuk melakukan filterisasi terhadap dampak globalisasi. Globalisasi membawa arus nilai budaya eksternal yang mencoba masuk ke dalam khazanah nilai budaya ke-Indonesiaan. Dengan kegiatan ini tentunya diharapkan bahwa melalui pagelaran seni setidaknya para pelajar mampu memahami jika memang seni itu sebagai identitas bangsa Indonesia harus dipertahankan, salah satunya dengan cara meningkatkan minat pemuda terhadap seni dan budaya. Selain itu pula masyarakat Indonesia adalah merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku, ras, dan kebudayaan yang dimiliki. Untuk itu budaya dan seni yang merupakan keanekaragaman budaya harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sebab di era globalisasi ini perkembangan IPTEK tentu akan dapat mengancam pelestarian nilai-nilai seni budaya kita dan hal ini kita tidak dapat pungkiri akan terjadi jika kita tidak berusaha memepertahankan nilai-nilai seni kebudayaan kita.
”Untuk itu saya menghimbau kepada para pelajar selaku generasi muda untuk wajib mempertahankan seni budaya yang dilahirkan oleh nenek moyang kita. Karena hal tersebut dapat merupakan identitas bangsa, sekaligus membentuk mentalitas serta menjadi pembeda dari bangsa-bangsa lain,” pinta Kadis Kominfobudpar, H Ahmad Suhaemi.
Sementara Ketua Panitia Pelaksana pagelaran Ari Asfari menyebutkan bahwa kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 17 Sekolah SMA yang tersebar di sembilan kecamatan se Kabupaten Sinjai.”Pelaksanaan pagelaran ini tidak terlepas dari dukungan diskominfobudpar Sinjai, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga serta didukung oleh Komunitas Pencinta Sepeda lama Sinjai (Pedals) dan Byonic Sinjai,” katanya.
Ari juga menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan agenda rutin tiap tahun yang dilaksanakan oleh Forum OSIS SMA/sederajat Se-Kabupaten Sinjai dan Sanggar Seni Tana’ Masseddi DIskominfobudpar Sinjai. “Lomba kreasi seni ini direncanakan berlangsung selama tiga hari dimulai 11 hingga 13 Mei 2012 mendatang. Ada sekira tujuh jenis lomba yang kana di tampilkan yakni, Lomba tari kreasi tradisional, vocal grup, nyanyi solo, lomba teater, Osong, melukis dan pameran hasil karya seni,” jelasnya. 

·        Seni Sebagai Pengembangan Fisik dan Persepsi

Pengembangan Fisik. Dalam kegiatan work shop, kemampuan peserta didik dapat dikembangkan melalui kemampuan praktik dan teknik seni. Ungkapan seni memberi pemahaman secara utuh bahwa kekuatan fisik merupakan sumber kualitas dalam pengungkapan ekspresi gerak tari. Kemampuan motorik (kasar dan halus) terpadu sesuai dengan kehendaknya. Pada dasarnya kemampuan motorik untuk melakukan gerakan secara fisik dari peserta didik dilatih untuk memahami segmen tubuh sebagai bahan ekspresi atau kekuatan fisik. Tubuh sebagai bahan perlu dipahami karakteristiknya serta kekuatan-kekuatan sinergi yang mempunyai sifat dan kekuatan dinamik.
Pengembangan motorik peserta didik juga dilatih mengolah kemampuan koordinasi ke dalam gerak motorik dengan sensibilitas secara total (penglihatan, pendengaran, dan kepekaan rasa) dalam rangkaian peristiwa atau karakter yang akan diungkapkan terwujud keterpaduan dan dari masing-masing unsur seni yang menjadi satu kesatuan (gerak tari, iringan, ekspresi/karakter, busana, lighting/pencahayaan) dan lain-lain. Perlu dipahami bahwa dalam proses pendidikan seni seluruh segmen kepekaan indra dapat difungsikan. Untuk melaksanakan pendidikan seni dapat pula dilakukan kegiatan mengukur, menganalisis dan mensintesis melalui kemampuan berfikir. Hal yang perlu direnungkan kembali melalui pendidikan seni adalah bagaimana untuk mengantisipasi memotivasi tentang: pengembangan emosional anak, dan pengembangan sikap sosial anak.
Pengembangan Persepsi. Kegiatan berolah seni dapat mengembangkan kemampuan sensorik peserta didik dalam menanggapi pengalaman kehidupan melalui indranya, sehingga kepekaan indra peserta didik dapat berkembang dengan baik, kepekaan anak terlatih dan merupakan modal yang penting untuk kegiatan belajar. Dengan ketajaman persepsi, anak akan mampu menangkap atau merespon gejala-gejala peristiwa yang terjadi atau yang dihadapi saat itu, ditangkap dan dicermati dengan totalitas jiwanya. Oleh karena, itu kemampuan pengetahuan persepsi ini merupakan dasar bagi peserta didik dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Maka melalui kegiatan seni akan termotivasi tentang peningkatan kemampuan daya serap anak dalam kegiatan belajar.


·        Kegiatan Seni yang Mempererat Bangsa

Festival seni budaya melayu merupakan kegiatan seni budaya yang diselenggarakan untuk menambah silaturahmi dan mempererat rasa persaudaraan bangsa melayu dan etnis lainnya di Kalimatan Barat. Dia menilai seni budaya bangsa melayu yang ada di Nusantara sangat bangga sebagai bangsa melayu karena kita kaya akan budaya,” tegas mantan tektor Universitas Tanjung Pura (Untan) ini.
Selain itu, Sekretaris Daerah Provinsi Kalbar, M. Zeet Hamdy Assovie menyampaikan kepada seluruh tamu undangan dan peserta acara festival seni budaya melayu untuk selalu menjaga dan melestarikan kekayaan seni budaya yang ada di Kalbar. “Guna memperkuat etnis dan budaya di Kalbar,” ujarnya. Seni budaya melayu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kultur budaya bangsa.
 Budaya merupakan ciri khas dari setiap daerah di nusantara. “Kita berharap dengan adanya festival seni budaya melayu dapat mempererat tali persaudaraan, ujarnya. Selain itu, dia juga mengatakan dengan melestarikan seni budaya di Kalbar dapar meningkatkan pariwisata yang ada di Kalbar. “Kita berharap adanya seni budaya dapat meningkatkan perekonomian kerakyatan,” harap mantan sekda kota Singkawang ini.
 Dari rentetan acara tersebut berbagai pertunjukan dan pergelaran kesenian ditampilkan untuk memeriahkan suasana di Kompleks Rumah Adat Melayu Kalbar. Terlihat peserta, penonton dan tamu undangan antusias menyaksikan pertunjukan yang ditampilkan oleh peserta festival seni budaya melayu Kalbar.
Acara festival digelar, berbagai perlombaan mewarnai kegiatan. Diantaranya, pencaksilat, kuliner, pameran sejarah dan budaya melayu di Kalimantan Barat, seminar Internasional dan pelaksanaan musyawarah Besar (Mubes) Majelis Adat Budaya Melayu Kalbar.

·        Hakekat Seni dan Peranannya dalam Masyarakat

Seni adalah ”kegiatan untuk menciptakan sesuatu yang dapat dipahami oleh perasaan manusia: bentuknya dapat berupa lukisan, patung, arsitektur, musik, drama, tari, film, dan sebagainya” (Langer, 1994). Pernyataan ini dapat diasumsikan bahwa karya seni pada dasarnya adalah hasil ciptaan karya manusia yang memuat segala macam obsesi atas penglihatan terhadap fenomena alam yang ada di sekitarnya, dan dalam eksekusinya diperlukan suatu keahlian khusus seperti hasrat seni atau jiwa seni dari sang pencipta termasuk cara pengolahan unsur-unsur yang menyertainya, hingga orang lain yang melihat dapat menikmati dan merasakan apa yang menjadi obsesi dari seniman atau sang pencipta tersebut. Dalam mewujudkan hal tersebut, tentu perlu adanya suatu media atau medium sebagai penjelas dari makna seni yang akan ditampilkan, hingga hasilnya nanti dapat dirasakan oleh orang lain sebagai penikmatnya. Beragam medium seni telah  lahir dari ide para kreatornya hingga hasilnya nanti membentuk suatu klasifikasi tersendiri dari setiap karakter yang akan ditampilkan atau divisualisasikan kepada masyarakat sebagai penikmatnya seperti seni tari, seni musik, seni karawitan, seni rupa-desain dan seni teater, dimana kesemuanya itu akan selalu bersinggungan dengan proses kehidupan manusia dalam melahirkan peradaban dunia.
Kata seni teater dimana dalam operasionalisasinya dipentaskan secara langsung serta dinikmati selama berlangsungnya pementasan itu, oleh orang-orang khusus akan dikembangkan lagi dengan bantuan peralatan teknologi perekaman gambar bergerak berikut suaranya dan hal ini bisa diciptakan di masa era modern melalui peralatan teknologi kamera film ataupun teknologi kamera video hingga bisa menghasilkan suatu rekaman illustrasi sebagai hasil duplikasi menyerupai dari aslinya. Hasil rekaman itu merupakan suatu penggambaran dari suatu peristiwa asli dengan perkayasaan pengadegannya hingga mengandung runutan alur cerita berdasarkan rancangan yang telah dibuat sebelumnya hingga menghasikan suatu cerita utuh  dimana tadinya hanya sekedar dilihat secara langsung dalam pementasan terbuka, kini dapat dialihkan dengan media perekaman dan hasilnya dapat dilihat kembali setelah dilakukan pengeditan atau perekayasaan gambar dengan menyertakan beberapa efek khusus di dalamnya sampai akhirnya lahirlah sebuah karya film yang bisa ditonton setiap waktu secara berulang-ulang dan kehadirannya dari waktu ke waktu akan mengalami teknik penyempurnaan seiring berkembangnya perangkat teknologi sebagai alat perwujudannya hingga menghasilkan karya-karya spektakuler yang tak akan terbayangkan oleh kita pada keadaan sebelumnya dan  sampai kini keberadaanya makin disukai oleh semua lapisan masyarakat.
Dalam perspektif karya ”Audio Visual”, hakekat seni semakin nyata dibutuhkan dalam proses berjalannya suatu kehidupan di masyarakat dan para kreatornya akan selalu dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan karya-karya ke arah lebih dinamis dan atraktif seiring dengan perkembangan teknologi yang menyertainya, bahkan karya seni jenis ini mendapat posisi utama oleh media sebagai unsur yang dapat mempengaruhi para pemirsa atau penikmat hingga pada akhirnya karya ini dapat memprovokasi massa untuk mau mengikuti pesan apa dibalik dari deretan gambar berkesinambungan itu yang telah dipublikasikan melalui media audio visual ke dalam lingkungan masyarakat. Ketika memasuki abad millenium ketiga, dimana dunia informasi dengan didukung kecanggihan dari perangkat teknologi telah masuk ke dalam relung-relung kehidupan manusia, hingga keberadaan suatu ”informasi” hasil kolaborasi seni dan teknologi diperlakukan sebagai suatu produk industri media dalam lingkunganmasyarakat modern, dimana keberadaannya dapat mempengaruhi dan merubah pradigma masyarakat tentang melihat suatu kehidupan di berbagai belahan dunia dalam satu ruangan tertutup sekalipun, apa yang telah kita utarakan itu tidak pernah terbayangkan pada proses kehidupan sebelumnya.

Kencangnya arus ”globalisasi” yang melanda ke seluruh dunia dan diiringi dengan tingginya peran teknologi informasi dalam kehidupan manusia, hingga peradaban manusia berada pada titik kulminasi yang membanggakan. ”Dunia modern” dengan segala macam atributnya, yang kala itu hanya sebagai suatu wacana saja dalam setiap kesempatan, kini telah menjadi suatu kenyataan. Kehadiran peralatan berteknologi serba canggih telah menyusup dan menjadi bagian dari aktifitas kehidupan melalui terbentuknya jaringan media yang terintegrasi itu, secara tidak langsung akan berdampak pada terciptanya peradaban dunia dan isinya ke arah lebih baik. ”Awalnya bahwa dunia sangat luas dan untuk berkomunikasi tentunya diperlukan waktu yang panjang dan berliku-liku dalam proses operasionalnya. Namu hal itu semua bisa terjadi dalam waktu yang relatif singkat dan mengisyaratkan seolah-olah dunia ini telah menjadi dalam satu genggaman tangan” (Sachari, 2007). Pandangan ini didasarkan pada suatu kenyataan bahwa, teknologi dengan berbagai  macam kecanggihannya yang terlahir, akan membawa arus informasi dunia dan komunikasi antar negara lewat satelit komunikasi telah menyebarkan berbagai macam peristiwa melalui jaringan cyber virtual digital yang terhubung dengan negara satu dan negara lainnya secara on line, hingga arus informasi yang terhubung melalui jaringan media itu sulit dibendung lagi penyebarannya. Berangkat dari sinilah suatu informasi yang membawa suatu peristiwa dari berbagai macam wilayah itu, dalam waktu bersamaan dapat diakses dan dilihat secara virtual menyeruapai bentuk  alsinya pada  setiap negara dengan memakai peralatan teknologi multimedia.
Peranan seni semakin diakui eksistensinya ketika industri media menjadi bagian penting dalam proses kehidupan manusia pada era modern. Eksistensi industri media semakin dipercaya fungsinya ketika teknologi informasi yang mengusung dengan kecanggihan teknologi berada di belakangnya. Industri media makin berkibar peranannya ketika melahirkan gambar-gambar yang spektakuler hasil perekayasaan yang mengusung imajinasi tinggi para perancangnya baik secara Visual (statis/diam) dalam bentuk majalah, tabloid, koran, billboard dan display maupun secara Audio Visual (dinamis/bergerak) dalam bentuk video, televisi dan film. Dari kedua media tersebut, media Audio Visuallah yang paling digemari oleh masyarakat hingga peran televisi tak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat, meskipun bentuk lain semacam karya film dan karya video tidak lepas dari penglihatannya. Mengapa keberadaan televisi telah mendapatkan tempat di hati masyarakat, hal ini dikarenakan televisi dianggap sebagai salah satu media yang memberikan informasi secara aktual dan faktual tercepat dalam penyebarannya dan sekaligus sebagai sarana hiburan termurah dan menarik yang mampu menyedot jutaan permirsa daripada media sebelumnya. Tidak heran jika televisi dijadikan media pilihan utama oleh kelompok-kelompok tertentu dalam mempengaruhi massa untuk percaya dan mendukung kepentingan kelompoknya, bahkan para elite politik dan pemerintahpun tak lepas dari peran media dari kotak kecil yang berintelijen tinggi itu.
Karena dalam orientasi dan operasionalnya televisi dianggap sebagai alat yang ampuh untuk memprovokasi massa, agar mengikuti apa yang akan direncanakan dibalik dari tayangannya. Lihatlah pemberitaan melalui televisi tentang kotornya pelaksanaan Pilkada, maraknya korupsi tanpa tidakan hukum yang tegas, tawuran antar warga, iklan televisi yang terkadang over acting, iklan pemilu yang bikin kita bingung memilihnya akibat kegombalan dari jurkamnya serta sederetan acara yang lain berseliweran dari menit ke menit tak luput dari penglihatan pemirsa tiap hari. Dari beberapa fakta tersebut, sangat wajarlah bila banyak pihak yang mengkhawatirkan akan perkembangan mutu rancangan program acara televisi yang tidak memperhatikan rambu-rambu “kode etik penyiaran” sehingga hasil tayangannya akan berdampak negatif bagi kalangan pemirsa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar