·
Seni Sebagai Identitas dan
Perekat Bangsa
Identitas adalah ciri-ciri yang dimiliki
oleh seseorang, kelompok, lembaga atau bangsa lainnya, dengan adanya ciri-ciri
yang berbeda itu maka akan muncul kekhasan serta keunikan tersendiri sehingga
akan mampu memberikan kebanggaan bagi pemiliknya. Salah
satu peluang untuk menyatakan identitas-diri ini adalah melalui kegiatan seni. Kegiatan seni dianggap
potensial oleh karena mampu mengekpresikan identitas-diri kelompok secara
alamiah. Melalui seni, simbol budaya, mitos, keyakinan, dan harapan dari suatu
kelompok dapat dinyatakan secara efektif dan otentik. Seni sebagai pemberi identitas
maksudnya adalah melalui kekayaan seni budaya Indonesia kita mampu menunjukkan
jati diri bangsa Indonesia di tengah budaya global.
Indonesia memiliki berbagai suku dengan
sejarah dan latar belakang budaya yang sangat beragam. Hal tersebut tercermin pula
dari keragaman bentuk dan sifat kesenian yang muncul serta dapat kita warisi
hingga saat ini. Sebagai ekspresi dari masyarakat pendukungnya, kesenian
mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tidak ternilai harganya.
Kekayaan seni budaya Nusantara telah mampu memberikan kita sebuah kebanggaan
sebagai suatu bangsa yang berbudaya tinggi.
Namun beberapa dekade terakhir ini
berbagai krisis yang menimpa bangsa Indonesia sungguh sangat memprihatinkan
kita. Berita-berita tentang semakin merosotnya nilai kebangsaan, persatuan dan
kebersamaan hampir setiap hari disuguhkan oleh media cetak maupun elektronik.
Masalah itu masih ditambah lagi dengan semakin merosotnya nilai etika dan
moral, arogansi, pengalahgunaan obat-obat terlarang, tawuran, terorisme, dan masih
banyak lagi yang lainnya. Kenyataan ini membuat kita bertanya-tanya sudah
sedemikian rapuhkah rasa persatuan dan kesatuan serta mentalitas anak bangsa
kita? Sekiranya memang benar demikian adanya. Bagaimanakah caranya merekat?
Dalam situasi seperti ini, seni dapat
dipergunakan sebagai salah satu perekat. Untuk itu potensi seni budaya kita
perlu dioptimalkan, terus dipertahankan dan dikembangkan secara kreatif,
sehingga dapat menumbuhkan rasa solidaritas baik sesama bangsa Indonesia maupun
dengan bangsa lainnya didunia. Melalui Sekaa, Sanggar, Banjar, Sekolah, dan
aktivitas seni budaya seperti Pesta Kesenian, Pesta Seni Remaja, Festival Seni,
Gelar Seni, dapat dipergunakan untuk menanamkan nilai budaya bangsa. Dengan
penanaman nilai tersebut lewat seni, maka akan dapat memberikan landasan serta
dapat dipergunakan untuk beraktivitas secara positif.
Sebagai salah satu contoh (dalam paper Rai, 2005) dikemukakan sebuah even
daerah yang kini sudah menjadi even Nasional dan Internasional yaitu Pesta
Kesenian Bali (PKB). Pesta Kesenian yang merupakan salah satu kebanggaan
masyarakat Bali mulai dilaksanakan pada tahun 1978 atas gagasan Prof. Dr. Ida
Bagus Mantra (alm), Gubernur Bali pada waktu itu. Ada lima jenis kegiatan yang
dilaksanakan dalam PKB yaitu: pawai pembukaan, pagelaran, pameran, lomba, dan
sarasehan, PKB dilaksanakan sekitar satu bulan penuh mulai pertengahan Juni
hingga pertengahan Juli. Tahun ini pelaksanaan
Pesta Kesenian Bali sudah memasuki tahun yang ke-31. Salah satu aspek yang
perlu dikemukakan di sini adalah bagaimana antusiasme masyarakat Bali khususnya
(tua, muda, anak-anak) dalam mempersiapkan diri guna bisa berpartisipasi dalam
PKB yang dipusatkan di Taman Budaya Denpasar (dan disebar ke beberapa daerah
Kabupaten/Kota). Persiapan berupa latihan-latihan kesenian baik kesenian
tradisi maupun modern dilakukan berbulan-bulan lamanya. Setelah waktunya tiba,
maka kegiatannya akan dimulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, dan
terakhir yang terpilih sebagai unggulan kabupaten/kota akan tampil di Denpasar.
Apabila diamati yang terpenting di sini bukanlah semata-mata produk akhirnya,
melainkan proses yang telah dilalui mulai dari perencanaan, latihan, hingga
terwujudnya suatu bentuk kesenian yang diinginkan. Dalam proses seperti ini
telah terjadi, tidak saja kemampuan berupa keterampilan teknis, melainkan juga
adanya penanaman nilai-nilai budaya, pencarian identitas, sekaligus merekatkan
seniman, masyarakat, pemerintah, dan unsur-unsur terkait lainnya, di mana
hasilnya akan dapat dijadikan sebuah kebanggaan. Sesuai dengan kenyataan yang
ada, telah terbukti pula bahwa melalui kegiatan kesenian seperti ini telah
memberikan dampak yang positif. Misalnya saja anak-anak muda di beberapa desa
atau tempat di Bali yang sebelumnya sering membuat ulah hingga cukup
memusingkan keluarga maupun masyarakat, akhirnya dengan bangga mampu
menampilkan kebolehannya di atas pentas guna mempertaruhkan nama desa serta
kabupatennya di arena PKB. Mereka telah memiliki predikat baru yaitu dari anak
jalanan ke anak panggung.
Yang patut dicatat
pula bahwa dari kenyataan yang ada, grup atau sekaa yang tampil di PKB itu
bukanlah seniman Bali saja, melainkan juga seniman dari beberapa daerah di
Indonesia maupun seniman mancanegara. Para seniman kita yang sudah pernah
tampil di PKB di antaranya berasal dan Sumatera Barat, Aceh, Lampung, Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Maluku, Sulawesi, Papua,
Kalimantan, dan seniman dan daerah lainnya di Indonesia. Para seniman
mancanegara yang sudah pernah tampil di PKB, seperti Grup dan Jepang, Ameriika
Serikat, Eropa, Australia, India, Korea, Singapura, dan lain-lainnya, selain
telah dapat memperkenalkan keunikan kesenian negaranya masing-masing, juga
telah mampu mempertunjukkan kebolehannya membawakan kesenian Indonesia baik
yang tradisional maupun modern. Grup kesenian, seperti Gamelan Sekar Jaya dari
Amerika Serikat, Sekar Jepun dan Yamashiro Gumi dari Jepang merupakan beberapa
contoh yang dimaksud. Lewat ajang seperti ini tentu akan terjadi interaksi yang
positif antara sesarma seniman Indonesia maupun antara seniman Indonesia dengan
rekan kita dan luar negeri.
1. Salah satu contoh
lagi yang perlu dikemukakan di sini adalah apa yang pernah dialami Bapak Prof.
Dr Wayan Rai S, MA (sekarang Rektor ISI Denpasar), ketika mengikuti Cherry
Blossom Festival di Washington DC, Amerika Serikat pada tahun 1996 pada waktu
itu Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia Washington DC, terpilih
sebagai salah satu peserta. Setelah melalui penilaian yang sangat ketat, panitia
menyatakan berhak mengikuti Festival Internasional yang sangat bergengsi itu,
maka persiapan pun dilakukan oleh pihak KBRI yang koordinator serta pelatihnya
pada waktu itu adalah Bapak I Gusti Agung Ngurah Supartha, SST, dari KBRI
Washington DC. Setelah perencanaan dibuat secara matang dan disetujui oleh
panitia festival, maka dikumpulkanlah semua masyarakat Indonesia yang ada
disekitar Washington DC baik itu siswa, mahasiswa, pegawai maupun yang lainnya.
Pada saat pertemuan pertama diadakan di salah satu ruang latihan di komplek
KBRI berbagai komentar saya dengar: tugasku opo? Wong aku tak pernah nari kok.
Yang lain menimpali: aduh & don’t worry & pakai aja pakaian tari itu
(sambil menunjuk ke pakaian tari yang tergantung disebelahnya) nggak ada orang
tahu kok. Ada juga yang berkata: aku sudah latihan tari Jawa sejak kemarin,
akhirnya pernah juga aku belajar tarian Indonesia di Amerika, & malu
diikalahkan sama bule. Singkat cerita, melalui kegiatan seperti ini kita bisa
saling kenal dan dapat bertukar pikiran serta pengalaman dengan sesama orang
Indonesia di Washington DC. Pada waktu hari H, terlihat rekan-rekan kita dengan
sangat bangga menunjukkan Bhinneka Tunggal Ika melalui busana dan berbagai
bentuk kesenian dari Sabang sampai Merauke. Para penonton pun tampak kagum akan
kekayaan seni budaya kita. Ketika salah seorang dan penonton bertanya where
are you from? tanpa dikomando rekan-rekan kita menjawab INDONESIA.......
·
Apresiasi
Pertahankan Seni Budaya Sebagai Identitas Bangsa
Seni dan Budaya yang ada di Indonesia
khususnya di Kabupaten Sinjai merupakan ciri dan identitas bangsa Indonesia,
keberagaman kesenian yang ada menjadi aset yang perlu kita lestarikan dan
dikembangkan. Bangsa Indonesia dari sabang sampai marauke dikenal telah
memiliki berbagai suku, etnis dan adat istiadat, tiap suku dan etnis memiliki
budaya sebagai identitas adat masing-masing daerah, namun tetap hidup dan
berkembang dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan
semboyan Bhenneka Tunggal Ika. Kesemua seni budaya yang ada adalah milik bangsa
Indonesia sekaligus merupakan kekayaan yang sangat berharga.
Demikian di sampaikan Kepala Dinas
Komunikasi Informatika, Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Sinjai H. Ahmad
Suhaemi saat membuka secara resmi pagelaran seni lomba kreativitas seni putih
abu-abu 2012, Jumat (11/5) bertempat di Benteng Balangnipa Sinjai.
Dikatakan, dewasa ini, fenomena yang
tengah melanda generasi muda bangsa adalah tantangan untuk melakukan
filterisasi terhadap dampak globalisasi. Globalisasi membawa arus nilai budaya
eksternal yang mencoba masuk ke dalam khazanah nilai budaya ke-Indonesiaan.
Dengan kegiatan ini tentunya diharapkan bahwa melalui pagelaran seni setidaknya
para pelajar mampu memahami jika memang seni itu sebagai identitas bangsa
Indonesia harus dipertahankan, salah satunya dengan cara meningkatkan minat
pemuda terhadap seni dan budaya. Selain itu pula masyarakat Indonesia adalah
merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku, ras, dan
kebudayaan yang dimiliki. Untuk itu budaya dan seni yang merupakan
keanekaragaman budaya harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sebab di era
globalisasi ini perkembangan IPTEK tentu akan dapat mengancam pelestarian
nilai-nilai seni budaya kita dan hal ini kita tidak dapat pungkiri akan terjadi
jika kita tidak berusaha memepertahankan nilai-nilai seni kebudayaan kita.
”Untuk itu saya menghimbau kepada para
pelajar selaku generasi muda untuk wajib mempertahankan seni budaya yang
dilahirkan oleh nenek moyang kita. Karena hal tersebut dapat merupakan
identitas bangsa, sekaligus membentuk mentalitas serta menjadi pembeda dari
bangsa-bangsa lain,” pinta Kadis Kominfobudpar, H Ahmad Suhaemi.
Sementara Ketua Panitia Pelaksana
pagelaran Ari Asfari menyebutkan bahwa kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 17
Sekolah SMA yang tersebar di sembilan kecamatan se Kabupaten
Sinjai.”Pelaksanaan pagelaran ini tidak terlepas dari dukungan diskominfobudpar
Sinjai, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga serta didukung oleh Komunitas
Pencinta Sepeda lama Sinjai (Pedals) dan Byonic Sinjai,” katanya.
Ari juga menyampaikan bahwa kegiatan ini
merupakan agenda rutin tiap tahun yang dilaksanakan oleh Forum OSIS
SMA/sederajat Se-Kabupaten Sinjai dan Sanggar Seni Tana’ Masseddi
DIskominfobudpar Sinjai. “Lomba kreasi seni ini direncanakan berlangsung selama
tiga hari dimulai 11 hingga 13 Mei 2012 mendatang. Ada sekira tujuh jenis lomba
yang kana di tampilkan yakni, Lomba tari kreasi tradisional, vocal grup, nyanyi
solo, lomba teater, Osong, melukis dan pameran hasil karya seni,” jelasnya.
·
Seni
Sebagai Pengembangan Fisik dan Persepsi
Pengembangan Fisik. Dalam
kegiatan work shop, kemampuan peserta didik dapat
dikembangkan melalui kemampuan praktik dan teknik seni. Ungkapan seni memberi
pemahaman secara utuh bahwa kekuatan fisik merupakan sumber kualitas dalam
pengungkapan ekspresi gerak tari. Kemampuan motorik (kasar dan halus) terpadu
sesuai dengan kehendaknya. Pada dasarnya kemampuan motorik untuk melakukan
gerakan secara fisik dari peserta didik dilatih untuk memahami segmen tubuh
sebagai bahan ekspresi atau kekuatan fisik. Tubuh sebagai bahan perlu dipahami
karakteristiknya serta kekuatan-kekuatan sinergi yang mempunyai sifat dan
kekuatan dinamik.
Pengembangan motorik peserta didik juga
dilatih mengolah kemampuan koordinasi ke dalam gerak motorik dengan
sensibilitas secara total (penglihatan, pendengaran, dan kepekaan rasa) dalam
rangkaian peristiwa atau karakter yang akan diungkapkan terwujud keterpaduan
dan dari masing-masing unsur seni yang menjadi satu kesatuan (gerak tari,
iringan, ekspresi/karakter, busana, lighting/pencahayaan) dan
lain-lain. Perlu dipahami bahwa dalam proses pendidikan seni
seluruh segmen kepekaan indra dapat difungsikan. Untuk melaksanakan pendidikan
seni dapat pula dilakukan kegiatan mengukur, menganalisis dan mensintesis
melalui kemampuan berfikir. Hal yang perlu direnungkan kembali melalui
pendidikan seni adalah bagaimana untuk mengantisipasi memotivasi tentang:
pengembangan emosional anak, dan pengembangan sikap sosial anak.
Pengembangan Persepsi. Kegiatan
berolah seni dapat mengembangkan kemampuan sensorik peserta didik dalam
menanggapi pengalaman kehidupan melalui indranya, sehingga kepekaan indra
peserta didik dapat berkembang dengan baik, kepekaan anak terlatih dan
merupakan modal yang penting untuk kegiatan belajar. Dengan ketajaman persepsi,
anak akan mampu menangkap atau merespon gejala-gejala peristiwa yang terjadi
atau yang dihadapi saat itu, ditangkap dan dicermati dengan totalitas jiwanya.
Oleh karena, itu kemampuan pengetahuan persepsi ini merupakan dasar bagi
peserta didik dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Maka melalui kegiatan seni
akan termotivasi tentang peningkatan kemampuan daya serap anak dalam kegiatan
belajar.
·
Kegiatan
Seni yang Mempererat Bangsa
Festival seni budaya melayu merupakan
kegiatan seni budaya yang diselenggarakan untuk menambah silaturahmi dan
mempererat rasa persaudaraan bangsa melayu dan etnis lainnya di Kalimatan
Barat. Dia menilai seni budaya bangsa melayu yang ada di Nusantara sangat
bangga sebagai bangsa melayu karena kita kaya akan budaya,” tegas mantan tektor
Universitas Tanjung Pura (Untan) ini.
Selain itu, Sekretaris Daerah Provinsi
Kalbar, M. Zeet Hamdy Assovie menyampaikan kepada seluruh tamu undangan dan
peserta acara festival seni budaya melayu untuk selalu menjaga dan melestarikan
kekayaan seni budaya yang ada di Kalbar. “Guna memperkuat etnis dan budaya di
Kalbar,” ujarnya. Seni budaya melayu merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kultur budaya bangsa.
Budaya merupakan ciri khas dari
setiap daerah di nusantara. “Kita berharap dengan adanya festival seni budaya
melayu dapat mempererat tali persaudaraan, ujarnya. Selain itu, dia juga
mengatakan dengan melestarikan seni budaya di Kalbar dapar meningkatkan
pariwisata yang ada di Kalbar. “Kita berharap adanya seni budaya dapat
meningkatkan perekonomian kerakyatan,” harap mantan sekda kota Singkawang ini.
Dari rentetan acara tersebut
berbagai pertunjukan dan pergelaran kesenian ditampilkan untuk memeriahkan
suasana di Kompleks Rumah Adat Melayu Kalbar. Terlihat peserta, penonton dan
tamu undangan antusias menyaksikan pertunjukan yang ditampilkan oleh peserta
festival seni budaya melayu Kalbar.
Acara festival digelar, berbagai
perlombaan mewarnai kegiatan. Diantaranya, pencaksilat, kuliner, pameran
sejarah dan budaya melayu di Kalimantan Barat, seminar Internasional dan
pelaksanaan musyawarah Besar (Mubes) Majelis Adat Budaya Melayu Kalbar.
·
Hakekat
Seni dan Peranannya dalam Masyarakat
Seni adalah ”kegiatan untuk menciptakan
sesuatu yang dapat dipahami oleh perasaan manusia: bentuknya dapat berupa
lukisan, patung, arsitektur, musik, drama, tari, film, dan sebagainya” (Langer,
1994). Pernyataan ini dapat diasumsikan bahwa karya seni pada dasarnya adalah
hasil ciptaan karya manusia yang memuat segala macam obsesi atas penglihatan
terhadap fenomena alam yang ada di sekitarnya, dan dalam eksekusinya diperlukan
suatu keahlian khusus seperti hasrat seni atau jiwa seni dari sang pencipta
termasuk cara pengolahan unsur-unsur yang menyertainya, hingga orang lain yang
melihat dapat menikmati dan merasakan apa yang menjadi obsesi dari seniman atau
sang pencipta tersebut. Dalam mewujudkan hal tersebut, tentu perlu adanya suatu
media atau medium sebagai penjelas dari makna seni yang akan ditampilkan,
hingga hasilnya nanti dapat dirasakan oleh orang lain sebagai penikmatnya.
Beragam medium seni telah lahir dari ide para kreatornya hingga
hasilnya nanti membentuk suatu klasifikasi tersendiri dari setiap karakter yang
akan ditampilkan atau divisualisasikan kepada masyarakat sebagai penikmatnya
seperti seni tari, seni musik, seni karawitan, seni rupa-desain dan seni
teater, dimana kesemuanya itu akan selalu bersinggungan dengan proses kehidupan
manusia dalam melahirkan peradaban dunia.
Kata seni teater dimana dalam
operasionalisasinya dipentaskan secara langsung serta dinikmati selama
berlangsungnya pementasan itu, oleh orang-orang khusus akan dikembangkan lagi
dengan bantuan peralatan teknologi perekaman gambar bergerak berikut suaranya dan
hal ini bisa diciptakan di masa era modern melalui peralatan teknologi kamera
film ataupun teknologi kamera video hingga bisa menghasilkan suatu rekaman
illustrasi sebagai hasil duplikasi menyerupai dari aslinya. Hasil rekaman itu
merupakan suatu penggambaran dari suatu peristiwa asli dengan perkayasaan
pengadegannya hingga mengandung runutan alur cerita berdasarkan rancangan yang
telah dibuat sebelumnya hingga menghasikan suatu cerita utuh dimana
tadinya hanya sekedar dilihat secara langsung dalam pementasan terbuka, kini
dapat dialihkan dengan media perekaman dan hasilnya dapat dilihat kembali
setelah dilakukan pengeditan atau perekayasaan gambar dengan menyertakan
beberapa efek khusus di dalamnya sampai akhirnya lahirlah sebuah karya film
yang bisa ditonton setiap waktu secara berulang-ulang dan kehadirannya dari
waktu ke waktu akan mengalami teknik penyempurnaan seiring berkembangnya
perangkat teknologi sebagai alat perwujudannya hingga menghasilkan karya-karya
spektakuler yang tak akan terbayangkan oleh kita pada keadaan sebelumnya
dan sampai kini keberadaanya makin disukai oleh semua lapisan
masyarakat.
Dalam perspektif karya ”Audio Visual”,
hakekat seni semakin nyata dibutuhkan dalam proses berjalannya suatu kehidupan
di masyarakat dan para kreatornya akan selalu dituntut untuk lebih kreatif
dalam menciptakan karya-karya ke arah lebih dinamis dan atraktif seiring dengan
perkembangan teknologi yang menyertainya, bahkan karya seni jenis ini mendapat
posisi utama oleh media sebagai unsur yang dapat mempengaruhi para pemirsa atau
penikmat hingga pada akhirnya karya ini dapat memprovokasi massa untuk mau
mengikuti pesan apa dibalik dari deretan gambar berkesinambungan itu yang telah
dipublikasikan melalui media audio visual ke dalam lingkungan masyarakat. Ketika
memasuki abad millenium ketiga, dimana dunia informasi dengan didukung
kecanggihan dari perangkat teknologi telah masuk ke dalam relung-relung
kehidupan manusia, hingga keberadaan suatu ”informasi” hasil kolaborasi seni
dan teknologi diperlakukan sebagai suatu produk industri media dalam
lingkunganmasyarakat modern, dimana keberadaannya dapat mempengaruhi dan
merubah pradigma masyarakat tentang melihat suatu kehidupan di berbagai belahan
dunia dalam satu ruangan tertutup sekalipun, apa yang telah kita utarakan itu
tidak pernah terbayangkan pada proses kehidupan sebelumnya.
Kencangnya arus ”globalisasi” yang melanda
ke seluruh dunia dan diiringi dengan tingginya peran teknologi informasi dalam
kehidupan manusia, hingga peradaban manusia berada pada titik kulminasi yang
membanggakan. ”Dunia modern” dengan segala macam atributnya, yang kala itu
hanya sebagai suatu wacana saja dalam setiap kesempatan, kini telah menjadi
suatu kenyataan. Kehadiran peralatan berteknologi serba canggih telah menyusup
dan menjadi bagian dari aktifitas kehidupan melalui terbentuknya jaringan media
yang terintegrasi itu, secara tidak langsung akan berdampak pada terciptanya
peradaban dunia dan isinya ke arah lebih baik. ”Awalnya bahwa dunia sangat luas
dan untuk berkomunikasi tentunya diperlukan waktu yang panjang dan berliku-liku
dalam proses operasionalnya. Namu hal itu semua bisa terjadi dalam waktu yang
relatif singkat dan mengisyaratkan seolah-olah dunia ini telah menjadi dalam
satu genggaman tangan” (Sachari, 2007). Pandangan ini didasarkan pada suatu
kenyataan bahwa, teknologi dengan berbagai macam kecanggihannya yang
terlahir, akan membawa arus informasi dunia dan komunikasi antar negara lewat
satelit komunikasi telah menyebarkan berbagai macam peristiwa melalui jaringan cyber
virtual digital yang terhubung dengan negara satu dan negara lainnya secara on
line, hingga arus informasi yang terhubung melalui jaringan media itu sulit
dibendung lagi penyebarannya. Berangkat dari sinilah suatu informasi yang
membawa suatu peristiwa dari berbagai macam wilayah itu, dalam waktu bersamaan
dapat diakses dan dilihat secara virtual menyeruapai bentuk alsinya
pada setiap negara dengan memakai peralatan teknologi multimedia.
Peranan seni semakin diakui eksistensinya
ketika industri media menjadi bagian penting dalam proses kehidupan manusia
pada era modern. Eksistensi industri media semakin dipercaya fungsinya ketika
teknologi informasi yang mengusung dengan kecanggihan teknologi berada di
belakangnya. Industri media makin berkibar peranannya ketika melahirkan
gambar-gambar yang spektakuler hasil perekayasaan yang mengusung imajinasi
tinggi para perancangnya baik secara Visual (statis/diam) dalam bentuk majalah,
tabloid, koran, billboard dan display maupun secara Audio Visual (dinamis/bergerak)
dalam bentuk video, televisi dan film. Dari kedua media tersebut, media Audio
Visuallah yang paling digemari oleh masyarakat hingga peran televisi tak dapat
dipisahkan dalam kehidupan masyarakat, meskipun bentuk lain semacam karya film
dan karya video tidak lepas dari penglihatannya. Mengapa keberadaan televisi
telah mendapatkan tempat di hati masyarakat, hal ini dikarenakan televisi
dianggap sebagai salah satu media yang memberikan informasi secara aktual dan
faktual tercepat dalam penyebarannya dan sekaligus sebagai sarana hiburan
termurah dan menarik yang mampu menyedot jutaan permirsa daripada media
sebelumnya. Tidak heran jika televisi dijadikan media pilihan utama oleh
kelompok-kelompok tertentu dalam mempengaruhi massa untuk percaya dan mendukung
kepentingan kelompoknya, bahkan para elite politik dan pemerintahpun tak lepas
dari peran media dari kotak kecil yang berintelijen tinggi itu.
Karena dalam orientasi dan operasionalnya
televisi dianggap sebagai alat yang ampuh untuk memprovokasi massa, agar
mengikuti apa yang akan direncanakan dibalik dari tayangannya. Lihatlah
pemberitaan melalui televisi tentang kotornya pelaksanaan Pilkada, maraknya
korupsi tanpa tidakan hukum yang tegas, tawuran antar warga, iklan televisi
yang terkadang over acting, iklan pemilu yang bikin kita bingung memilihnya
akibat kegombalan dari jurkamnya serta sederetan acara yang lain berseliweran
dari menit ke menit tak luput dari penglihatan pemirsa tiap hari. Dari beberapa
fakta tersebut, sangat wajarlah bila banyak pihak yang mengkhawatirkan akan
perkembangan mutu rancangan program acara televisi yang tidak memperhatikan
rambu-rambu “kode etik penyiaran” sehingga hasil tayangannya akan berdampak
negatif bagi kalangan pemirsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar